Pada peralatan soundsystem, power amplifier berfungsi untuk meningkatkan kekuatan sinyal audio, sehingga sinyal yang keluar dari power amplifier dapat diadopsi oleh speaker. Dalam bidang soundsystem, power amplifier selalu merupakan komponen aktif terakhir dalam rantaian perangkat soundsystem, yang terletak tepat sebelum speaker.
Untuk soundsystem kecil, power amplifier dapat digabung berbentuk power mixer, hal ini untuk memberikan kepraktisan. Jika kita ingin mempelajari fungsi dan aplikasi power amplifier maka terlebih dahulu dibutuhkan pemahaman tentang daya listrik dan hubungannya dengan tegangan, resistansi atau impedansi, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, ketiga aspek tersebut dinyatakan oleh Hukum Ohm dan persamaan persamaan lainnya yang terkait. Pemahaman dasar dapat disampaikan dengan cara analogi klasik:
ketika air mengalir melalui pipa, semakin besar tekanan yang diberikan, semakin banyak air akan bergerak melalui pipa. Semakin kecil diameter pipa, air yang mengalir semakin kecil melalui pipa tersebut. Dalam menggambar perbandingan dengan listrik, air merupakan elektron (partikel atom bermuatan negatif), yang merupakan bentuk listrik itu sendiri. Aliran air mewakili arus listrik (disingkat I), diukur dalam ampere (disingkat amp). Tekanan mewakili tegangan (kadang-kadang disebut gaya gerak listrik, disingkat E), diukur dalam volt. Ketahanan terhadap aliran pipa, yang menurunkan dengan semakin besarnya diameternya, merupakan resistensi (R), diukur dalam ohm (dilambangkan dengan Ω), semakin besar daya perlawanan (yaitu, semakin kecil diameter pipa), semakin sedikit air akan mengalir.
Perhatikan rangkaian listrik DC dari gambar di bawah ini:
Dalam pembicaraan mengenai alternating current (AC), seperti sinyal audio, impedansi digantikan dengan resistensi sederhana. Impedansi, juga diukur dalam ohm, yang disingkat Z, atau
Perhatikan rangkaian listrik AC dari gambar di bawah ini: